Si Heppy? Ya, aku menamai notebook HP Omnibook 900 milikku dengan panggilan Heppy, sebuah panggilan sayang dariku. HP Omnibook 900 aku peroleh ketika umurku 17 tahun, atas pemberian bos ayahku, Ibu Maya. Dieranya, komputer jinjing yang memiliki spesifikasi; Pentium III-650Mhz, layar 12", dengan kapasitas hardisk 12GB, merupakan barang yang sangat diincar oleh banyak orang karena terkenal dengan kecanggihannya dan inovasi HP yang selalu
up to date.
Semenjak kedatangan Heppy, aku menjadi semakin gemar menulis. Aku masih ingat, saat aku kelas 3 SMU puisi pertamaku dipublikasi di majalah internal sebuah perkantoran. Tentunya, hal itu menggetarkan hasrat jiwaku untuk terus menulis, melukiskan sesuatu dengan sebuah tulisan. Lalu, akupun menulis novel, yang diberi judul “Take It or Leave It”. Tapi sayang naskahku ditolak penerbit. Walaupun ditolak penerbit, hal itu tidak menurunkan hasratku untuk menulis.
Lulus sekolah tahun 2008, aku kuliah di UIN Jakarta, mengambil jurusan Jurnalistik. Di kampus, aku mengikuti beberapa organisasi, Forum Lingkar Pena (FLP) Ciputat, dan organisasi perfilman KOMKA UIN. Ya, dari sinilah kedekatanku dengan Heppy semakin
mesra. Aku semakin sering di kamar menghabiskan waktu bersama Heppy. Bergadang, melintasi malam bersama Heppy ditemani secangkir susu hangat sambil menulis puisi, naskah, cerpen ataupun artikel. Hingga suasana hening kamarku, berganti menjadi denyutan keyboard yang mengiringi tarian jemariku.
Pagi hari hingga sore, aku mengabiskan waktuku untuk kuliah, dan malamnya aku pergunakan untuk menulis. Malam merupakan waktu yang tepat untuk mencari inspirasi dan berimajinasi. Ditemani
sesajen; cemilan dan susu hangat, aku pun berbincang dengan Heppy. Seringkali, aku tidak sengaja terlelap tidur, namun si Heppy masih terjaga, memandangiku lirih melihat diriku yang terlelap karena kelelahan.
Ibuku pun heran dengan kelakuanku yang bisa dibilang aneh itu. Tidak pernah keluar rumah,
nangkring seharian di dalam kamar. Bahkan saat ditanya tetangga, mengapa aku jarang keluar rumah, ibuku menjawab “Nggak tau, betah banget di kamar, di depan
leptop, pacarnya kali tuh!” candanya. Aku pun hanya tersenyum mendengarnya.
Di rumah, aku memang punya komputer,
akh tapi komputerku itu berpenyakitan. Sering sekali terkena virus dan
hank. Mungkin komputerku cemburu karena kemesraanku dengan Heppy semakin hari semakin
intim. Terkadang, aku mengkombinasikan antara Heppy dan komputerku. Aku menyambungkan si Heppy ke monitor komputer, sehingga aku memiliki dua layar yang men-
display pekerjaanku.
Alhamdulillah, perjuanganku dengan si Heppy tidak sia sia. Buku pertamaku terbit, Kisah Masa Kecil Para Nabi Pilihan (2010). Sebuah buku yang berlatar belakang agama yang sengaja aku kemas menarik, bahasa yang mengalir, dengan segmentasi pembacanya adalah anak anak. Aku sangat senang, perjuanganku dengan Heppy membuahkan hasil. Bahkan, mampu membuat bangga orangtuaku, dan mengantarkan namaku tersebar ke seluruh penjuru negeri. Hal ini membuatku semakin sayang dan
intim dengan si Heppy.
Tahun-tahun berikutnya merupakan tahun klimaks buatku, banyak jejak karya yang aku torehkan. Hingga saat ini, aku tercatat sudah menulis 6 buku, yakni; Mengenal Kesenian Gamelan Jawa (2010), Mak Isah (2010), Bolot (2010), Kado Untuk Rafi (2010), Persahabatan (2010).
Di sela-sela menulis, aku juga berlatih menulis skenario, ya masih dengan Si Heppy. Aku membuat komunitas skenario yang diberi nama Sevenlines, diketuai oleh aku, dan dibina oleh Mas Sakti Wibowo. Dengan loyalitas, kredibilitas dan komitmen yang aku tinggi, maka aku dipercaya untuk bergabung menulis di berbagai program televisi, yakni; Sketsa (Trans Tv, 2009), Gatot Kaca (TPI, 2010), Jimat (TPI, 2010), G3l1 @l4y (B Chanel, 2011), John Lenong (Coming Soon Trans 7), TRIX (Coming soon ANTV). Saat
brainstroming di kantor media televisi pun aku sering membawa si Heppy, walaupun usianya sudah renta, tapi aku tak canggung membawanya, karena performanya yang masih ‘liar’.
Salah satu bukti kesuksesanku ditandai dengan hadirnya kamera D-SLR. Ya, selain hobi menulis, aku juga hobi memotret. Disela-sela kesibukan menulis, aku meluangkan waktu untuk
refreshing, hunting foto. Hasil foto-fotonya aku
publish ke akun Facebook-ku. Dan waw, apresiasi teman Facebook-ku sangat tinggi, mereka berkomentar dan menyukai foto-fotoku. Aku semakin percaya diri untuk memotret.
Aku pernah memenangkan 3 lomba Fotografi. Juara 1 di IPB, Juara 2 di Trisakti, dan Juara 3 di UIN Jakarta. Perlahan, banyak teman Facebook-ku yang memintaku untuk memotret;
prewedding,
wedding, model,
company profile, pembuatan imej buku dan sebagainya. Karena banyaknya permintaan dan aktifitasku yang padat, aku bingung me-
managenya. Maka aku pun mendirikan usaha jasa fotografi yang aku namai, yaitu By@Photography.
Selain itu, aku juga terjun ke dunia sosial, bergabung dengan Komunitas Djuanda yang yang fokus pada pembelajaran media sosial bagi masyarakat. Dalam badan organisasi yang sama, pada tahun 2010 sampai saat ini, aku dipinang untuk menjadi Koordinator Akumassa Tangerang Selatan www.akumassa.org, dan Pemimpin Redaksi www.galeritangsel.com, sebuah media alternatif berbasis komunitas.
Kini, umurku 21 tahun, masih menyandang status mahasiswa. Tapi dengan umur yang masih muda, aku sudah menulis buku, skenario, menjadi Pemimpin Redaksi www.galeritangsel.com, dan memiliki usaha fotografi, By@photography. Ya, ini merupakan sebuah pencapaian sukses bagiku. Dan kesuksesanku ini berawal dari
keintimanku dengan si Heppy. Aku dan Heppy telah menghasilkan banyak karya. Secara tidak langsung, Heppy menjadikan aku sosok yang mandiri, dan kreatif. Aku berjanji akan terus menjaga Heppy, karena nilai historisnya yang begitu lekat dengan langkah kesuksesanku.
