Blog Kita dalam Massa

Farabi Ferdiansyah
Pegiat ilmu komunikasi praktis. Tertarik dengan dunia kreatif, sastra, jurnalistik, fotografi dan broadcasting!

Selasa, 27 Mei 2014

Reinkarnasi Antah Berantah


Welcome back, Abi!
Sapaan hangat untuk diriku. Ya, entah sudah berapa tahun, aku tidak mengisi ruas-ruas kolom di blogku ini. Alasan sibuk? Ngak ada waktu? Akh! Itu klise!

Mungkin sudah 2 tahun lebih aku biarkan ini blog terpuruk. Sampai beberapa teman, sahabat, dan orang yang belum bertemu denganku secara langsung pun, menegurku. “Kenapa ngak nulis blog lagi, Kak? Ditunggu loh, aku pembaca blog kakak!” chatnya dalam jejaring sosial.

Duh, tak lain jawaban kliseku terlontar.

Tapi entah mengapa, aku yakin pada diriku sendiri, aku adalah penulis dan harus menulis. Meskipun aku bekerja di dunia televisi yang bekerja untuk menghasilkan karya. Tapi terkadang aku kurang puas. Kurang memuaskan hasratku untuk menelurkan sebuah karya.

Aku jawab, “Insya Allah aku akan terus nulis kok, aku ngak akan melupakan trahku sebagai penulis,” aku mencoba menguatkan diri.
Lagi, tak lama, muncul pesan dalam jejaring sosial lagi, kali ini dari temanku, yang juga partner menulisku sejak kuliah. Straight to the poin, “Boy, nulis lagi lah. Mana karyamu?”

Aih, sakit gigi disindirnya. Dia adalah kawanku, kawan begadang, kawan untuk mencaci maki tulisanku, dan mantan jurnalis. Sekarang dia bekerja sebagai editor di salah satu penerbit. Dia langsung mensupport dan memintaku untuk jadi penulisnya. Aku siap! Tapi butuh proses untuk mengembalikan trahku yang mulai luntur.

Perlahan, aku mencoba menulis dari hal terkecil, aktivitas yang kulakukan sehari-hari, meskipun itu sedang meliput. Aku mengetik kembali, menjamah huruf dalam keyboard qwerty, mencatatkan pointer penting dalam notes smartphone. Beberapa minggu berlalu. Akh, tidak selesai juga tulisanku. Masih teronggok di dalam notes.

Teman dari Jogja pun juga ikut protes, dia menyuruhku terus menulis “Udah tulis aja apa yang ada, ngak usah mikirin ini itu (kualitas, eyd, dll) yang penting nulis dulu! Semangat Mbol!” ucapnya berapi-api.

Oke, aku harus menata kembali dream maping. Untuk menentukan strategi kedepannya. Mencoba merumuskan project menulis dengan beberapa teman, yang sebelumnya pernah berwacana untuk membuat karya kolaborasi.

Alhamdulillah, tiba-tiba ada temanku, seniorku di program SUSI New Media in Journalism yang menawarkan untuk gabung dengan project temannya di Australia. Gercep! --gerak cepat istilah anak muda sekarang. Aku langsung mengajukan permintaan. Yup, aku mulai menulis dan mengumpulkan footage foto, untuk dikirim ke Australia. Pelan tapi pasti, aku terus berkomunikasi dengan Emma, editor yang menggawangi project tersebut.

Tapi hari ini, ada lagi, partner kerjaku –mungkin dia cocok untuk menjadi pemain atau sutradara film drama. Seperti laiknya, musim Pilpres. Dia tiba-tiba mendeklarasikan dukungannya kepadaku untuk terus menulis. Demmm, ada-ada saja memang kelakuannya, mungkin dia memang cocok menjadi sutradara.
Tapi cukup ampuh kata-katanya, “sayang sekali, padahal di sana benar-benar seperti ‘world’!” ucapnya. Langsung aku membuka laptop, dan merenung sejenak, untuk merumuskan apa yang akan kutulis.

“Lo ngak ngerasa sayang, membiarkan banyak sarang laba-laba di blog lu? Butuh dijamah lagi tuh!” #uhuk, sindirnya lagi.
Salah satu aku membuat “world abhie” dalam blog, karena memang aku ingin mengisahkan mimpiku di blog, untuk menterjemahkan dunia yang kuraih melalui kata. Karena sudah banyak yang tercatat di sticky notes laptop beberapa tema yang ingin kuangkat. Dan, masih nangkring di desktop laptop. zzz

Well, semoga tulisan ini bisa menjawab support to all my best friends, yang mendukung untuk kembali menulis. Walaupun, tulisan ini, adalah tulisan reinkarnasi yang antah berantah. Whatever, yang penting nulis! Hehe.


*Atlet karambol yang mencoba menulis di papan karambol



Tidak ada komentar: