Blog Kita dalam Massa

Farabi Ferdiansyah
Pegiat ilmu komunikasi praktis. Tertarik dengan dunia kreatif, sastra, jurnalistik, fotografi dan broadcasting!

Minggu, 18 Oktober 2009

Menggoreng Sampah

Sampah adalah masalah utama di ibukota yang identik dengan kepadatan penduduk dan banjir. Semua masalah ini sangatlah kompleks. Kepadatan penduduk, menimbulkan sampah yang cukup banyak, sehingga menimbulkan banjir. Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering).

Jakarta pada tahun 1985 menghasilkan sampah sejumlah 18.500 m3 per hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 25.700 m3 per hari. Jika dihitung dalam setahun, maka volume sampah tahun 2000 mencapai 170 kali besar Candi Borobudur (volume Candi Borobudur = 55.000 m3). [Bapedalda, 2000]. Apabila dihitung jumlah sampah tahun 2007 maka jumlah sampah tersebut mencapai 65.663.500 m3. Sedangkan luas Jakarta hanya 661.26 Km². Bayangkan 5 tahun ke depan, mungkin Jakarta ini akan tertimbun sampah. Warga Jakarta harus menaggapi masalah ini dengan serius. Kita harus mencari cara bagaimana meminimaliskan produksi sampah. Salah satunya adalah dengan menerapkan prinsip 4R + 1D dalam kehidupan sehari – hari.

Prinsip 4R + 1D yaitu :

v Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

v Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

v Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

v Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dnegan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

v Don't promiscuously ( Jangan sembarangan) ; Janganlah membuang sampah sembarangan, yang dapat menimbulkan banjir. Buanglah sampah di tempat yang telah disediakan.

Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Yaitu dengan cara mengubah sampah menjadi pupuk kompos. Pengolahan sampah menjadi kompos, bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan permeabilitas tanah, dan dapat mengurangi ketergantungan pada pemakaian pupuk mineral (anorganik) seperti urea. Selain mahal, urea juga dikhawatirkan menambah tingkat polusi tanah. Pengomposan merupakan penguraian dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologis dalam temperatur thermophilic (suhu tinggi) dengan hasil akhir berupa bahan yang cukup bagus untuk diaplikasikan ke tanah. Pengomposan dapat dilakukan secara bersih dan tanpa menghasilkan kegaduhan di dalam maupun di luar ruangan.

Selayaknya suatu kelurahan atau suatu desa membuat tempat penguraian sampah organik menjadi pupuk kompos maupun pupuk cair. Sungguh ini salah satu yang terbaik untuk mengurangi sampah yang semakin tak terkendali

* Sediakan suatu wajan (penggorengan) yang cukup besar

* Taruhlah sampah tersebut ke wajan tersebut lalu tutup wajan tersebut.

* Kemudian alirakanlah listrik ke wajan tersebut dengan 200 volt sampai sampah – sampah tersebut layu,mengecil dan terurai

* Setelah di alirkan listrik sampah sampah tersebut di press sehingga mengecil, Menjadi 40% - 50 % lebih kecil.

* Dan di diamkan selama 2 sampai 3 hari

* Maka sampah yang telah di press tadi akan hancur dan menjadi pupuk kompos.

Bayangkan apabila teknik menggoreng sampah ini di terapkan di sekolah – sekolah. Mungkin sekolah tersebut tidak lagi memproduksi sampah melaikan memproduksi pupuk kompos yang bisa menghasilkan materi apabila pupuk tersebut dipasarkan. Suatu sekolah memproduksi 500 kg sampah setiap minggunya.. Sekolah tersebut membuat suatu wajan yang sangat besar yang berdiameter 1 meter yang diletakkan di belakang sekolah dan kegiatan ini dilakukan sepulang sekolah atau saat libur sekolah. Sampah tersebut. Dimasukkan ke wajan, lalu dialirkan listrik. Kemuadian sampah yang sudah di aliri listrik tersebut di prees (kira sampah tersebut mengecil menjadi 250 kilo gram) dan di diamkan selama 2 sampai 3 hari. Maka sampah yang seharusnya dikirim ke tempat pembuangan sampah kini telah menjadi pupuk kompos. Kemudian pupuk kompos tersebut dikemas dan di pasarkan. 1 kemasan pupuk kompos berisi 25 kg dan dijual seharga Rp 10.000, - .

Dalam waktu seminggu kegiatan ini dapat mengurangi sampah suatu sekolah sebanyak 500 kg dan dapat menghasilkan uang sebanyak Rp 100.000, - setiap minggunya.

Jelas sekali bahwa program ini dapat mengurangi produksi sampah. Apabila ini di terapkan pemerintah Maka jumlah sampah yang di produksi Jakarta akan berkurang dan dapat bermanfaat bagi semua Mahkluk hidup.

Penelitian ini belum teruji secara langsung. Namun kami yakin ini dapat berhasil. Penelitian ini terhambat dalam pengadaan alatnya. Apabila ada pihak sponsor atau pemerintah yang ingin mendukung dan bergabung dengan kami. Kami siap melanjutkan penelitian ini.

Farabi Ferdiansah

1 komentar:

Anonim mengatakan...

sampah! sampah! dan Sampah!!!
Terima kasih anda telah sedikit menyadarkan masyarakat!